Tanah Surga, Katanya…


credit : 21cinelpex.com

Haaaaiiiii… Haaloooooo… Apakabar semua?? πŸ™‚

Kali ini aku mo ngomongin tentang film Tanah Surga, Katanya.. Ya, sebenarnya seh filmnya sendiri udah lama. Tayang serentak di bioskop tanggal 15 Agustus kemaren, mungkin dipasin untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Nontonnya sendiri gak niat, tapi karena mo ngajak ibu dan tante-tante nonton bioskop, dan katanya film ini berlokasi di Pontianak (yang ternyata gak ada sama sekali syuting di Pontianaknya dong >.< ) maka pergilah aku membawa si ibu dan tante.

Nulis postingan ini ingin berbagi pandangan, penggambaran film dengan pandangan aku sebagai orang kalimantan. Ya, walaupun aku bukan tinggal didaerah perbatasan. Tapi toh aku deket juga dengan situasi seperti itu. Bapak aku sendiri pernah kerja di daerah perbatasan yang capek-capek beli TV yang dapet bukannya RCTI malah TV 3. Aku sendiri pernah merasakan susahnya pergi ke kampung-kampung asal ibu dan bapak yang harus menggunakan kapal air melewati hutan-hutan selama berjam-jam yang bukannya sampe, ditengah jalan kapal airnya malah mogok dan aku kecemplung ke sungainya :mrgreen:

Cerita filmnya sendiri? Rasanya temen-temen blogger udah sering deh yak membaca resensinya. Yaitu tentang kehidupan seorang anak bernama Salman yang hidup di perbatasan Indonesia – Serawak (ya, kami lebih sering nyebut serawak seh daripada Malaysia). Bagaimana dia dan warga disekitarnya sangat kesulitan untuk mendapatkan pendidikan, bagaimana tidak ada fasilitas kesehatannya sama sekali disana (dimana dokter aja cuma berbekal stetoskop dan obat-obatan sejenis enstrostop πŸ˜› ), bagaimana uang ringgit lebih dikenal daripada rupiah, dan bagaimana ketidaktahuan penduduk dusunnya (yang digambarkan dari anak-anak sekolahnya) bagaimana bentuk dan warna bendera merah putih itu dan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang setiap upacara selalu dinyanyikan oleh siswa-siswa di sekolah perkotaan.

Pandangan aku tentang film ini? LOGAT MELAYUNYA HANCUR!! πŸ˜› Banyak kata-kata yang rasanya gak akan dipake oleh orang melayu digunakan di film itu. Tadi seh mau nyatet apa-apa aja πŸ˜› Tapi keburu males dan sampe ngetik postingannya sekarang udah keburu lupa πŸ˜† Tapi yang mau tahu bagaimana ‘anehnya’ logat bahasa Pontianak ya seperti film itu lah. Lumayan kan jadinya orang diluar kalimantan tahu juga *colek una* πŸ˜‰

Soal isi filmnya sendiri ada beberapa catatan yang selama ini memang jadi kebiasaan di kalimantan barat disini. Di film diceritakan bahwa kebutuhan pokok mereka semuanya berasal dari Malaysia. Makanya ringgitlah yang berperan disana, bukannya Rupiah. Kenyataannya? Jangankan di perbatasan, di Pontianak aja seperti barang-barang yang dibeli dari Malaysia. Kami udah terbiasa dengan gula Malaysia yang harganya jauh lebih murah. Kalau kalian pergi ke kabupaten Sanggau aja misalnya daerah perbatasannya, orang-orang pada punya mobil, tapi ya mobil malaysia (yang bentuknya sangat khas banget menurut aku) bukan mobil Kijang atau Honda Jazz.

Soal kesehatan? Di film digambarkan bagaimana susahnya Hasyim, kakek Salman yang harus berobat ke kota karena harganya mahal. Mana pula dia gak mau berobat di Malaysia (sayang sekali *eh πŸ™„ ) Pada kenyataannya? Kalau sakit lebih baik ke Kuching dulu, selain murah, berobat di Kuching kesembuhannya bisa lebih besar kesempatannya, dan disana sepertinya pengobatannya berbeda aja dengan di sini. Contohnya tetangga aku yang divonis harus melakukan operasi jantung. Ketika dia tidak mau dan berobat ke Kuching, dia sama sekali gak disaranin buat operasi, cuma makan obat dan penyakitnyapun berkurang! HEBAT! *menurut aku*

Soal pendidikan? Di film digambarkan bagaimana buruknya sekolah yang cuma terdiri dari satu guru dan 2 kelas tersebut. Kenyataannya? Aku punyatemen prajabatan kemaren 3 orangΒ  yang penempatan mengajarnya di perbatasan. Nama daerah salah satunya adalah Sajingan Besar. Tidak ada listrik, tidak ada sinyal telepon. Lucu kalau udah melihat pola tingkah mereka datang ke kota. Semua-muanya mau dibeli. Ya emang seperti itu guru di daerah terpencil, punya uang tapi gak bisa memanfaatkannya.

Tapi dari yang aku denger adalah sekolah disana sudah lumayan banget. Dari segi pembangunannya dimana banyak sekolah sekolah yang dibangun baru atapun ditambah kapasitasnya. Dari yang tadinya hanya ada sekolah dasarnya, sekarang sudah dibangun SMP-SMP satu atap sehingga pendidikan 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah bisa dilaksanakan. Ya berproses lah.

Kalau di Pontianak? Mau ngelanjutin kuliah dimana? Jawaban ke Kuching udah lumayan familiar deh ditelinga. Aku juga gak tahu kenapa kuliah di kuching bisa jadi pilihan. Padahal menurut aku seh masih bagusan ITB, UI atau UGM, jauh malah bagusnya.

Lalu ada satu adegan di film yang menggambarkan bagaimana perbedaan antara serawak dan kalimantan dari segi pembangunan (jalannya) yang berbeda jauh banget. Memang seperti itu seh serawak, karena aku pernah ikut perjalanan pemuda kalimantan barat gitu sepanjang jalan indonesianya melewati batu-batu dan jalan yang gak rata, pas masuk Malaysia langsung disambut dengan aspal yang mulus. Sebenarnya jalan-jalan udah banyak yang dibangun seh, ya mudah-mudahan aja pembangunnya bisa terus dan menyeluruh dipelosok desa.

Tapi menurut aku emang asyikan di sini seh. berpergian dari desa ke desa dengan menggunakan motor air itu sangat asyik menurutΒ  aku. Ya walaupun pembangunan jalan darat tetep harus menjadi prioritas karena perbedaan waktu dari jalan air dan jalan darat sangat kentara. Contohnya aja kalau lewat air ke desan Telok Pak kedai di Kabupaten Kubu Raya dari Pontianak bisa 3-4 jam. Nah, kalau lewat jalan darat (sekarang udah ada, tapi belum bisa masuk mobil) cuma 1 jam aja gitu.

So, ada yang mau ke kalimantan? Lokasi syuting filmnya di Sungai Ambawang berbatasan langsung dengan Pontianak loh πŸ˜‰

68 Comments

  1. hmm,, kompleks banget ya kehidupan masy yg tinggal di perbatasan. di satu sisi, mereka adalah warga indonesia namun jstru tidak mengenal dg baik indonesia itu sendiri. di sisi lain, mskipun mereka lbh mengenal negara tetangga, tapi tetap saja mereka bukan warga negara di sana.
    masih banyak hal yang mesti dibenahi oleh pemerintah kita ya, mbak? jangan sampai daerah perbatasan selalu terkesan di anak tirikan.

    1. mudah-mudahan aja bener-bener tidak dianak tirikan ya lung.. soalnya rasanya emang disana berdiri sendiri lebih sering dibandingin dengan diperhatikan.. Makanya sekarang ada rencana mau membangun propinsi baru di daerah perbatasan.. niatannya seh supaya perbatasan lebih dekat pemerhatinya.. tapi gak tahu juga deh.. yang penting makmur dari segala bidang aja..

  2. kapan aku bisa langsung nonton film ini ya ? 😦

    lihat fotonya jadi ingin naik motor air juga Niee .. pasti seru ya, byk obyek yg bisa dipotret, ketemu byk hewan nggak Niee saat naik motor air itu ?

    1. tunggu DVDnya jual aja mbak,, kan bisa pesan online πŸ˜€

      kalau mbak el pasti dapet aja yak objeknya, lain dengan aku yang gak dapet apa-apa gitu mbak >..<

    1. hahahaha,,, makanya dikasih tanda petik na.. karena aneh menurut orang yang pasti jarang denger bahasa melayu, beda dengan bahasa medan, atau padang yang rasanya udah sering dijumpai di tv tv πŸ˜€

      serius dong.. tapi gak dikotanya un.. ada beberapa daerah gitu deh πŸ™‚

  3. Aku mauuuuuu….mudah2an kapan2 kalo ada rejeki dan waktu bs jalan2 ke pontianak hihihiii jd penasaran juga sih pengen tau, sampe segede bagong gini stuck di banjarmasin aja πŸ˜€ dulu sih waktu aku msh kecil sering ke balikpapan&samarinda tp udah lupa tuh gimana2nya dan pastinya sekarang udah jauh banyak berubah dong yah…

    1. aku juga gak pernah ke kalimantan lainnya loh kak.. padahal aku ada paman di balik papan.. ya rasanya mahal banget gitu buat kesana >.<

      pastinya udah berubah jauh dong yak.. sekarang kan pembangunan udah marah, soalnya udah otonomi daerah πŸ˜€

  4. Hemm, mungkin ada sisi lain yang ada di film ini yang perlu dilihat oleh pejabat pejabat di Indonesia

    Kalo menurut saya, Indonesia itu serba salah mbak, kalau dilihat dari sisi dunia harus menjaga hijaunya kalimantan, tapi kalo dari sisi dalam negeri ingin modernisasi

    mungkin bila kita berpikir bijak, banyak hal yang menjadi jalan tengah dari ini semua

    1. kalau aku seh lebih suka tetep jadi hijau, tapi dengan pembangunan akses, kesehatan dan pendidikan yang utama. Untuk apa menjadi modern. Toh masyarakatnya juga gak ada yang minta kok.. Hanya ingin sejahtera saja πŸ™‚

  5. Ya ya, masalah logat aktor gitu memang kadang menjadi agak masalah kan ya Nie πŸ˜€ Gak cuma film Indonesia aja, film-film Hollywood pun (kalau nggak salah) ada yang pernah dikritik karena logat aktornya kurang cocok dengan logat karakter yang diperankannya kan πŸ˜€ Logat Inggris gitu kan banyak bangett, hahaha πŸ˜€

    Btw, berarti penggambaran kondisi perbatasannya cukup akurat juga yah?? Hmmm… .

    Kalau dipikir-pikir, ya memang itu ya susahnya Indonesia: wilayahnya sangat luas sehingga pembangunan di daerah perbatasan (yang jauh dari Jawa) pun juga agak tersendat atau lambat (?) .

    1. owww… ternyata banyak film yang dikritik juga ya zil.. aku kalau film barat gitu gak ngeh juga. soalnya aku kan gak ngerti juga logat aslinya itu seperti apa. Kalau film indonesia aku juga menyayangkan dengan logat bangka belitung di film laskar pelangi dulu, terlalu melayu malaysia menurut aku. Kurang terdengar melayu sumatranya..

      cukup akurat, tapi berlibihan menurut aku pribadi seh, hehehe

      iyaa,, kalau lambat emang lambat banget, pemerintah di sini udah banyak mau membangun, tapi kan tetep aja gak mampu kalau gak dibantu sama pemerintah pusat, tapi pemerintah pusat lambat bener,,

  6. Yah Indonesia emang kayak emak2 gendut yg sudah lama mati gaya gara-gara hidup enak..Tanah sendiri diabaikan, tapi mencak-mencak kalau rakyatnya lebih cinta Malaysia..Mudah2an negara dan seluruh rakyat Indonesia insap bahwa penduduk di perbatasan juga manusia biasa..Butuh kesejahteraan untuk diri dan keluarga mereka..

  7. ga pengen nonton
    karena pasti kalah asik dibanding melihat kenyataan sehari-hari didepan mata
    eh, kapan kapan naik klotok bareng yuk. menyusuri dari hulu sampe hilir
    dari kapuas dulu deh, trus kahayan, barito tar terakhir mahakam
    eh keburu tua di sungai gak yah..?

    1. hahahaha,, sekalian mengapresiasi sineas indonesia kan bang πŸ˜‰

      hayookk.. tapi aku maunya dari hilir sungai kapuas yak.. a.k.a di jungkat perbatasan pontianak πŸ˜›

  8. aku pengen indonesia membangun indonesia timur, kalau perlu langsung pakai teknologi terkini

    misalnya jaringan kereta api, langsung bikin KA super cepat, jgn KA model yg di jawa itu, masa jakarta-surabaya masih 9 jam + 😦

    1. aaaahhh,,,, kalimantan barat aja yang KA lelet belom ada kok.. males ah mikirin yang timur… kalau kalimantan udah maju baru deh aku mulai mikirin πŸ˜›

  9. kelemahan sutradara ind mengelal lokasi, sosial budaya minim ya niee…

    kalau yg nonton orang di luar kalimatan sih tinggal nikmati saja. padahal sebenarnya dg adanya film ini masyarakat mengharap akan jadi lebih banyak tahu ttg kalimantan. tapi sayang digarap dg asal comot begitu ya niee?

  10. Nieeee…maap baru nongol lagi yah πŸ™‚
    Jadi maksudmu terlalu di dramatisir gituh yah:)
    Mungkin produser nya kebanyakan nonton sinetron kali yah…hihih..

    Udah lama gak ke bioskop euy…titip si Fathir lah Niee…hihihi..

  11. Karena tamu baru jadi baca. Terharu euy membaca dari sisi orang Kalimantan langsung. Pernah ke Kalimantan dan cuman bisa bilang Subhanallaah indahnya alam Kalimantan itu.
    Berpikir kemana saja pemerintah itu ya, duit dari daerah dengan sumber daya sebanyak dan sekaya itu ga tahu dipakai buat apa. Perjalanan darat dari Sampit ke Palangkaraya cukup membuat saya jatuh cinta dengan keindahan Kalimantan.

    Btw sungainya bagus. Persis seperti alam Kalimantan yang keinget. πŸ™‚

    1. coba main2 dri sampit ke p.bun, suasana alam diperjalanannya tmbah asyik . . .
      kalimantan penuh hutan dulunya, sekarang banyak berubah menjadi kebun kelapa sawit . . . mnurut ap yg ak liat sih slm prjlnn dri kapuas-pangkalan bun

  12. hmm.. saya paling suka di bagian kesehatannya. dokter Indonesia nyuruh operasi, dokter sana tidak perlu, cukup kasi obat, sembuh. Sama kasusnya seperti saudara saya beberapa tahun silam. Dokter di Jakarta bilang tak bisa sembuh kanker sudah stadium akhir, ehh pas dibawa ke Penang, bisa disembuhkan.

    Kalau dari semua sisi, mungkin karena Indonesia ini terlampau luas dan terlampau kompleks masalahnya, semua mau didahulukan, akhirnya satu pun tak ada yang terurus πŸ˜€ #justmyotherhumbleopinion

  13. sempat meleleh air mata wktu dnger ucpan2 kakeknya, pas banget hbis plg dari pcta, hehe diskusi2 mslah sperti ini, gmna nasionalisme ank2 bangsa skrg, gmna keadaan nasionalisme didaerah perbtasan, dll
    memang miris ketika diliat org perbtasan lbih memakai ringgit dripda rupiah, lgu indonesia raya pun belum tentu hfal . . . tpi itulah keadaannya, perlu lgkah cepat dan tgas dri pmerintah utk menyelamatkan org2 perbtasan yg rsa nasionalismenya trun,

    lokasi filmnya bkan di perbatasan kah ? ak kira bneran diperbatasan, trus suasana alamnya asyik bnget, ngeri sih hehe . . .

Balas Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s