Indonesia 2020


http://www.apkasi.or.id

Haaiiiii Hallooo.. Apakabar semua? Ada apa dengan judul aku sekarang? Kok sepertinya mau menerawang seperti mama lauren aja. Lagian untuk apa menerawang segala kalau toh tahun ini kata suku maya mau kiamat (huwaaaa,,, tapi jangan dong,, aku kan belum kawiinnnn 😛 ).

Ok, fokus *benerin posisi duduk*

Kemaren, entah ada angin apa bos besar nyuruh aku kesebuah pertemuan. Pas masuk, eh ternyata yang diundang itu adalah jabatan yang setara dengan bos besar itu. Waduh, aku yang anak bawang ini jadi mati kutu deh. Emang ngerjain dah si bos. Tapi karena aku yang cuek bebek kayak tokek (gaaaakkk nyambung nieee) ya nyante aja pake cokelat diantara pakaian safari.

Pertemuannya biasa aja. Tentang pengembangan Kota Pontianak kedepan deh. Tapi karena aku anak gaul seantero kota Pontianak yang tahunya cuma wilayah seputaran mall dan sekitarnya 😛 , bukannya bos besar yang harus mikiran rakyatnya jadinya aku cuma mendengar aja deh tanpa berkomenta (padahal mulut ini udah gak sabar mau nyeloteh banyak >.< ).

Tema yang paling aku dengar adalah masalah krisis pangan yang akan terjadi di Indonesia tahun 2020. Kalian pernah dengar gak kalau wilayah negara-negara importir beras Indonesia seperti India dan Thailand mulai menguangi eksport berasnya karena untuk kepentingan negaranya pribadi. Maka dengan itu, Indonesia sekarang beralih ke Pakistan. Apa juga akan bertahan? Tentunya tidak!

Indonesia yang pada tahun 70-90 mengumandangkan sebagai negara agraris juga gak bisa bersuara dalam hal ini. Gimana mau bersuara kalau lahan sawahnya aja udah berkurang dijadikan perkebunan atau perumahan? Atau gimana mau jadi negara agraris kalau anak-anak sekarang gak ada lagi yang cita-citanya sebagai petani?

Coba tanyain deh sama anak-anak sekarang. Cita-citanya jadi apa? Palingan jawaban mereka mau menjadi dokter, pilot, presiden, atau yang sekarang terkenal adalah pekerja kreatif. Cita-cita mau jadi petani? Apa itu cupu!

Para petani di kampung-kampung juga bermainset kalau untuk meningkatkan derajat hidup keluarganya, anak-anaknya tidak boleh lagi jadi petani. Minimal mereka sekolah dan bekerja di perkotaan. Biarlah menjadi kuli asal jangan jadi petani. Keren yak kedengarannya? Tapi kalau semua orang indonesia ini berfikir begitu lalu siapa yang akan jadi petani di negeri ini?

Pada akhirnya, di tahun tahun kedepan, orang-orang Indonesia akan menjadi semakin kaya. Pendapatan perkapita semakin meningkat. Orang tidak ada lagi yang kesusahan tapi dibalik itu kita akan kelaparan karena krisis pangan! Beras akan lebih mahal daripada perhiasa. Apakah kita mau hal itu terjadi?

Karena itu seorang bos besar di dalam pertemuan itu mewanti-wanti anaknya untuk menjadi petani modern. Petani yang bisa menghasilkan beras-beras untuk daerahnya sendiri. Minimal, Pontianak gak akan kelaparan kalau krisis pangan itu terjadi. (Beneran, pas bapak ini ngomong aku merinding juga dengarnya).

Ini sebenarnya salah siapa?

Orang pasti menyalahkan pemerintah dong yang gak mensejahterakan para petaninya. Kalau di Malaysia (CMIIW) pemerintahnya akan menjaga harga beras milik petani. Kalau harga jualnya terlalu rendah, pemerintah akan mensubsidi para petani agar petani tidak mengalami kerugian. Jadi, gak ada lagi istilahnya petani beras yang gak  punya beras karena gak sanggup beli.

Tapi lagi lagi. Pemerintah itu siapa? Bagai menampar diri sendiri dong kalau kami ngomong banyak gini 😛 Namun, aku gak mau dong mampu beli emas tapi gak bisa beli beras.

Jadi, apa cita-cita anak-anak kita?

46 Comments

  1. Cita-cita saya masih pengen jadi penulis. Hahaha, padahal udah kuliah di Institut Pertanian yak 😛 Kalau menurut saya sih, yang namanya cita-cita itu mendefinisikan diri kita. Tak ada yang salah dan tak ada yang cupu.

    Nah, mengenai pertanian. Kalau menurut pendapat saya… cara terbaik untuk merangsang dimulainya pertanian yang modern dan maju di Indonesia itu ada beberapa langkah, di antaranya:

    1) Berikan pendidikan mengenai pertanian kepada para penduduk desa. Bukan kepada anak-anak kuliahan, bukan kepada orang-orang kota yang seumur hidupnya tinggal di antara pencakar langit, bukan untuk para pemuda yang hanya memiliki konsep tanpa tindakan, tapi kepada para penduduk desa. Beri mereka arahan dan penekanan akan pentingnya pertanian yang baik dan penerapan agraria yang modern.

    2) Setelah para penduduk desa paham dan mengerti, mereka pasti akan mencoba menerapkannya di sawah-sawah mereka. Dan pasti mereka akan bertanya: “Dari mana kami bisa mendapatkan semua kelengkapan dan fasilitas demi mendukung pertanian modern?” Di sinilah pemerintah kembali masuk. Berikan mereka fasilitas yang diperlukan. Berikan pinjaman uang. Berikan area. Perbaiki desa-desa mereka.

    3) Dan terakhir, dalam rangka penyerapan hasil panen, harus ada infrastruktur distribusi yang baik. Kembali, pemerintah harus bergerak. Bantu para penduduk desa, bantu para petani. Sinkronisasikan antara kegiatan distribusi dan jadwal pemanenan, biar lebih lancar, efektif, efisien.

    Tentu saja ada beberapa orang yang berkata, “Masa mengandalkan pemerintah? Harusnya semua seisi rakyat ikut turun dong!” Ungkapan itu memang benar, tapi pertanyaan lagi, “Lha pada ngerti nggak mengenai pertanian? Mau semuanya didorong buat turun ke sawah, siapa yang ngurus PLN? Siapa yang jadi guru? Siapa yang jadi PNS?”

    Setiap orang ada perannya masing-masing. Cara terbaik untuk memanfaatkan satu potensi bukanlah dengan mendorong semua orang buat mengurus potensi tersebut beramai-ramai, tumplek blek, melainkan dengan memilih orang-orang tertentu yang memang benar-benar cocok pada bidang potensi tersebut untuk menjalankannya.

    ……

    Setidaknya itu pendapat saya 🙂

    1. ok.. aku cerna dulu.. hehehe

      Iya.. aku setuju dengan penduduk desa yang diberdayakan.. Pemikiran aku juga gitu seh,, Kalau orang perkotaan disuruh jadi petani juga mencak2 gak mau dong.. Kecuali orang perkotaan yang ajaib 😛

      btw,, yang jadi PNS aku dong yak >.< hahahaha

  2. begitulah pemerintah negara ini Nie… lihat berita baru2 ini kan Niee? anggaran DPR RI yg mencapai milayaran bahkan trillyunan rupiah..

    bandingkan sama kesejahteraan petani, dilirik pun tidak. petani malah banyak yg diperas oleh tengkulak. Tapi wakil para petani heboh ngenyangin perut sendiri.. kalau petani tidak sejahtera karena begitu kompleksnya pemerasan terhadap mereka, maka udah bisa dipastikan petani akan punah dan label negara agraris hanya tinggal dongeng saja ya… *halah kok aku komennya berat bener yak* hehehe…

    bukan salah orangtua yg tidak ingin anaknya jd petani Niee.. sepertinya.. kalau saja wakil rakyat itu benar2 memikirkan rakyat kecil dan kesejahteraan petani, STOP import segala macam makanan dari negara tetangga dan berdayakan kembali para petani. tanah jawa emang nggak memungkinkan lagi.. tapi pulau2 lainnya tanahnya masih subur toh.. *yeey kok malah nambah komennya* hehee..

    Oot, Niee.. iya Vania 3.5 thn, sekolahnya namanya TK Angkasa, tapi dia masih di playgroup-nya.. 😀

    1. Ahak,, klo ngomongin DPR aku suka gemes mbak.. Padahal mereka gak ada kerjaan apa2 tapi hobinya nyalah2in pemerintah terus dan ngancem2 gak jelas >.<

      Tapi sekarang gak bisa di stop mbak.. Kalau di stop Indonesia akan kekurangan makanan.. Stok kita belum cukup..

      Oh,, kirain udah TK aja sekecil itu.. Kan vania masih imut2 gitu.. hehehe

  3. Jalan2 ahh ke tempat Tante Irni… 😀

    Vania nggak ngerti, Tante… yang penting bisa makan cokelat soalnya Vania nggak doyan nasi.. hehehehe.. *kabur ah takut Bunda marah*

    1. Tante juga suka cokelat vania..

      Ah, vania gak bilang seh pas kita ketemuan kemaren,, klo tahu kan tante niee bawain cokelat.. *diem2 ngomongnya ntar bunda denger* 😛

  4. Anakku belum aku ajarin tentang cita-cita, karena dia juga belum mengenal begitu banyak profesi, jadi dia belum akan tahu apa cita-2nya hehehee…
    Waktu ke Jogja kemarin kan melewati persawahan, dan aku lihat petani sedang bersawah. Langsung mengucap syukur dan terima kasih di dalam hati, tanpa petani apa kita bisa makan? Miris melihat Indonesia yg dulu negara agraris, sekarang mulai keok… semua diimpor….

    1. Kalau udah kita tinggal dikota pasti sulit emang jadi petani ya mbak.. Yang bener itu anak-anak diperdesaan yang dididik agar mau jadi petani.. Ya petani juga bisa lulusan sarjana toh 😀

  5. haaa… trus klo gada petani gada padi, klo gada pagi gada beras, klo gada beras gada nasi, klo gada nasi trus kita makan apa??? #tetibapengennimbunberasuntukmasadepan 😀

  6. Ironis ya, padahal tahun 1980an kan Indonesia pernah “swasembada pangan” tuh (eh, apa swasembada beras ya? Ya, gitu lah masudnya pokoknya, hmmm). Cuma intinya sih bidang pertanian juga harus dimodernisasi dan dimajukan sih. Bagaimanapun juga, permintaan akan beras akan bertambah kan seiring meningkatnya jumlah penduduk. Makanya sistem pertanian yang ada juga harus dimajukan untuk bisa catch up dengan itu semua.

    1. Iyaaaa… perbandingan penduduk sekarang adalah 1:3.. Jadi ada 1 kematian dan 3 kelahiran di dunia. Dan dengan taraf hidup yang panjang maka manusia akan tambah rame deh.. Bayangin aja seberapa banyak yang diperlukan untuk kebutuhan makan kan yak kalau pertanian kita gini gini aja

  7. sebenernya kalo bisa jadi juragan sawah, punya lahan berhektar2, bisa jadi kaya juga kan ya. gak perlu jadi petani sendiri. tinggal hire orang2 yang ngerjakan sawah. mantap tuh… 🙂

  8. aku lagi giring2 adekku buat masuk pertanian aja.. kalau semuanya jadi pegawe,, yang ngurus lahan nanti siapa.. heheh
    tapi g tau sih, adekku nanti mau atau ngga.

  9. g yang lahir di Kota pagi juga sedih nich, lahan sawah semua na sekarang akan di jadikan komplek perumahan dan ruko2
    kita indo punya tanah yang subur pisan, kadang aja kudu susidi beras dari bangkok dan malay haeshhh~

  10. ahh aku td pagi juga dengerin berita di radio tentang krisis pangan ini. bahas mengenai peranan BULOG yang sebenarnya mensejahterakan petani atau malah bikin petani susah. Saya nggak mau lihat Indonesia yang dulu jadi lumbung padi berubah menjadi lumbung beton dan nggak bisa lihat sawah lagi 😦
    Susah ni untuk mengajak anakanak muda skrg kembali menjadi petani, secara jadi pegawai kantoran aja masih ada kemungkinan nggak punya apaapa apalagi petani. Walaupun dulu saya kuliah di Institut Pertanian tapi jurusannya bukan Pertanian, jadi saya nggak bisa jadi petani hehehehe *ngeles*.

    1. Iya kan yak.. jangan sampe kita jadi bencana pangan deh.. 😦

      aih,, ternyata temen2 blogger aku banyak yang dari institut pertanian neh 😛

  11. permasalahan yang kompleks memang, harus ada perubahan komprehensif baik dari atas dalam hal ini pemerintah dan juga dari bawah/masyarakat

    mungkin semacam Repelita seperti zaman orba dulu, tapi mesti dikritisi lagi dengan cermat

  12. Kalo saya pulang kampung, banyak hal dikeluhkan petani. Mulai dari cuaca yang tidak memberikan kepastian karena pemanasan global dan tidak menguntungkan mereka, juga kualitas lahan pertanian yang mulai menurun tentu ini akibat eksploitasi berlebih dengan banyaknya penggunaan bahan-bahan kimia yang merusak strruktur tanah, juga susahnya nyari pupuk dan belum lagi harga jual hasil pertanian yang tidak bisa maksimal. Permasalahan mendasar seperti inilah yang tentu saja membuat generasi muda mulai melirik sektor lain untuk kehidupan kedepannya, maka tidak heran jika akar permasalahan tidak segera dipecahkan bersama bukan tidak mungkin kita akan kesulitan mencari beras dinegara yang terkenal agraris ini

  13. klo ga ada beras terus nanti kita mo makan apa ya?
    buat apa punya uang tapi ga ada beras yg mo dibeli?
    apa makan uang aja? kenyang ga ya? Hehehe

  14. waduh. jangan2 ntar makanan pokok kita berubah. jadi jagung atau roti gandum kayak wong2 bule. semoga ada penyesuaian. istilahnya..yah happy medium lah, petani gak rugi, masyarakat juga gak kelaparan.

  15. Alasan kenapa para petani menanamkan mainset kepada anak2 nya agar tidak jadi petani ini adalah pertanyaan besar. Ya, nasib petani seolah tak pernah diperhatikan. Betapa jerih payah mereka semua dipermainkan oleh pemerintah dengan melakukan permainan harga. Gabah mereka dibeli murah tapi harga beras tetap saja mahal dipasaran. Wajar mereka menjual sawah mereka karena tak sanggup lagi membiayai biaya operasional yg tak setimpal dengan pendapatan. Ini urusan perut, biaya hidup dan sekolah anak2 mereka.

  16. Mbak, saya juga anak dari seorang petani. memang yang sampean katakan benar. Justru orang tua mendorong agar anaknya lebih dari mereka “bukan petani”

    Cita-citaku jadi ….. (ah, gak jadi deh, berubah-ubah soalnya :D)

  17. kata penyair Doughlas mallouch …”tidak semua harus menjadi kapten, harus ada yg menjadi awak kapalnya”….
    inti dari ini semua adalah pembagian peran dari masing2 individu yang tentunya ditunjang dan didukung oleh SDM yang berkualitas !…..

  18. aku sendiri juga suka heran, kenapa di daerah dimana saya tinggal mudah sekali mengubah sawah dan ladang menjadi bangunan rumah dan lain lain 😦

Balas Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s