Selembar Kertas


“Untuk apa lu kuliah? Lihatlah kerjaan kita, sama sekali beda dengan ilmu yang lu pelajari di kampus itu,” ucap Filisia, temanku yang mengulang perkataan teman satu kantornya yang merasa pengorbanannya untuk kuliah yang telah berjalan 2 tahun ini hanya sia-sia.

Menjadi seorang pengawai kantoran di Jakarta yang juga menjadi mahasiswa kuliah malam memang bukan merupakan kegiatan yang gampang. Apalagi kalau kerjaan dan kuliah berjalan dari hari senin hingga sabtu, praktis hari minggu hanya satu-satunya hari libur dan akan menjadi dilema untuk digunakan liburan atau istirahat.

Dilain pihak, kalau kita sudah terjun ke dunia kerja dahulu baru menginjak bangku kuliah, fikiran kita tentunya sudah berubah, bahwa kuliah sangat beda dengan saat kita terjun lansung di dunia kerja. Praktis ilmu yang kita pelajari di bangku kuliah hanya sebagian kecil saja yang akan digunakan di dunia kerja.

“Kuliah gua itu susah, padahal gua kerja di kantor gak sebegitu amat. Semuanya udah ada programnya, tinggal pakai jadi,” keluhnya kemudian kepadaku tentang kuliahnya yang memang sangat beda dengan dunia kerja yang dijalaninya.

Memang, yang menjadi momok dari dunia kerja dan kuliah adalah ilmu yang kita pelajari di bangku kuliah. Benarkah ilmu-ilmu itu memang dipakai saat kita bekerja nanti? Toh, sudah banyak contoh nyata yang mengatakan bahwa ilmu yang kita dapatkan memang sangat jauh berbeda saat kita bekerja nanti.

Indah, temanku yang lainpun kemudian tergelitik untuk berkomentar juga tentang masalah ini. “Yang kita butuhin di kuliah itu bukan ilmunya, tapi selembar kertas yang namanya ijazah,” celotehnya, dan kami bertigapun tertawa membenarkan akan hal itu.

Setiap kerjaan, apapun itu, walau katanya kerjaan itu sesuai dengan bidang ilmu yang kita pelajari di kampus, tetap saja harus kembali belajar dulu dengan para senior kantor. Ilmu yang dipelajari praktis memang rasanya hanya diperlukan untuk mendapatkan Ijazah, karena toh kalau kita gak ada ijazah, walaupun ilmu kita segudang melebihi para sarjana itu, tetap saja kita sering dianggap rendah. Jika gak ada ijazah, kita juga gak bisa meniti karir lebih pada perusahaan tempat kita bekerja, karena bagaimana mungkin lulusan SMA cocok untuk memimpin anak lulusan Sarjana?

Aku jadi teringat ketika seorang seniorku dikampus yang sudah bekerja bicara denganku dulu, jauh sebelum aku lulus kuliah. “Belajar banyak dek di kampus, bukan pelajaran yang diberi oleh para dosen itu, tapi pelajaran yang kita ambil dari lingkungan. Karena itulah fungsinya kampus, bukan untuk cuma mendengar ocehan dosen, tapi untuk membuka diri untuk banyak hal.”

Yak, aku setuju dengan apa yang seniorku dulu ucapkan. Sang kutu buku akan berjaya di sekolah, tapi mereka tidak bisa berjaya di kampus atau dunia kerja. Orang yang mengembangkan dirilah yang akan bisa survive pada dunia yang ternyata keras ini. Ijazah itulah sebuah kunci untuk kita memasuki dunia yang lebih keras. Ilmu? bukan hanya dari bangku kuliah yang kita perlukan, tapi itu dasar sebagai perisai kita saat berperang, sedangkan pedangnya hanya kitalah yang bisa membuatnya sendiri.

1 Comment

Balas Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s