Sepertinya masalah ini gak akan pernah putus untuk diperbincangkan. Adalah Gayus Tambunan, seorang narapidana kasus penggelapan pajak bernilai miliyaran rupiah pada minggu lalu kedapatan sedang berpelesiran di Bali. Serius ya, aku iri banget. Aku yang emang bercita-cita ke Bali ini dengan modal nekat + tabungan pas-pasan merasa susah untuk diwujudkan, nah ini seorang napi dengan enaknya bisa jalan-jalan. Dikabarkan lagi ada berita yang berhembus bahwa dia menggunakan pesawat pribadi 🙄
Dengan kedapatannya Gayus di luar penjara, banyak orang yang menghujat dan mencaci proses hukum di negara yang kita cintai ini. Tak sedikit juga yang menghujat Gayus sebagai orang nomor 1 yang bersalah karena telah memakan uang rakyat. Pendapat berbagai pihak pun mengalir deras, ada yang bilang untuk dia di hukum mati, namun ada juga yang lebih baik dia di miskinkan saja (maksudnya seluruh harta miliknya diambil dan tidak disisakan lagi sepeserpun, agar efek jeranya lebih terasa).
Aku sendiri tidak terlalu memikirkan mana yang lebih pantas dan tidak pantas untuk dia, toh aku memang bukan berdasarkan hukum, jadi aku nggak ngerti. Namun, satu hal yang aku mengerti dari kasus ini adalah Gayus hanya orang yang menerima suap dari ‘seseorang’ yang menurut kabar tidak mau membayar pajak hingga menyuap Gayus dkk. Lalu siapakah ‘seseorang’ itu?
Banyak kabar yang beredar bahwa grup Bakrie ada di belakang kasus ini semua, kalau memang benar adanya, kenapa bisa mereka masih berleha-leha di tempat tidurnya yang nyaman? Gayus hanyalah seorang ‘kecil’ dibalik raksasa jahat dibelakangnya yang lebih menakutkan yang sekarang sedang berpura-pura jadi malaikat penolong.
Sangat terasa bahwa negara yang aku cintai ini hanya bisa menangkap ‘orang ketiga’ dari setiap kasus, namun tidak bisa menyelesaikan BOS BESAR yang sebenarnya. Apakah karena takut atau ada alasan lain? Aku juga tidak tahu. Yang pasti aku hanya ingin orang MELEK, bahwa gayus hanyalah sebuah tangan – satu organ – dari seorang yang jauh lebih menakutkan. Kalau satu tangan itu saja sudah bisa mempermainkan hukum dinegara ini, bagaimana dengan organ lain yang lebih lengkap?
Kita sebagai masyarakat awam memang hanya bisa berpendapat tanpa pernah didengar oleh orang atas yang berkuasa. Dengungan kecil dari satu orang tak akan berguna. Tapi, jika dengungan itu disatukan, paling tidak akan terdengar suara geraman yang menakutkan. Kalau masyarakat sudah bersatu, bahkan presiden bisa turun. Kalau masyarakat sudah bersatu, siapa yang tahu bahwa kasus-kasus seperti ini akan bisa selesai nantinya.
Korupsi itu darah, daging itu Indonesia. Dia telah menempel dan menyebar keseuruh penbuluh nadinya. Kalau mau mengubah sesuatu, maka ubahlah dari hal kecil terlebih dahulu. Yaitu diri kita sendiri. Yakinkah kita bahwa kita bersih dari korupsi?