5 Oktober 2010, rasanya sudah sangat telat untuk mengomentari hari batik Nasional yang kemaren pada tanggal 2 Oktober diperingati di negara kita yang tercinta ini.
Tapi dengan tekat dan pemikiran bahwa nasionalis itu bukan hanya untuk satu hari saja 😛 Maka akupun tetap ingin menuliskan sesuatu tentang batik.
Jiwa nasionalis aku memang tidak tinggi, apalagi kalau dibandingkan dengan para olahragawan bahkan pahlawan. Bisa kebanting sampe Inggris trus mentok di Old Trafford aku (maunya (lol) ). Namun tetap saja aku tergelitik untuk sedikit menuliskan pandangan aku tentang hal ini.
Jadi, aku lagi-lagi tahu bahwa hari itu adalah hari batik dari twitter. Beneran deh aku kalau hari-hari yang kurang penting seperti ini gak akan masuk ke dalam otakku yang berukuran kecil. Niat mau merayakannya juga dengan menggunakan batik saat pergi keluar rumah, tapi apa daya aku cuma punya 1 helai baju batik. Dan itupun modelnya sangat ‘kantoran’ banget, berkerah gitu. Manalah bisa baju seperti itu dibuat untuk jalan pada malam minggu!
Nah, balik lagi ke masalah hari batik. Menurut tweet yang aku baca di TL, hari batik tahun ini tidaklah se’heboh’ hari batik tahun lalu. Ini mungkin karena bangsa Indonesia memang senang dengan segala hal yang musiman. Kenapa gak sekalian aja gak ngerayainnya kayak aku.
Memang batik sekarang telah menjadi satu keharusan dalam hal berbusana. Tidak lagi terpaut untuk acara-acara tertentu saja. Bahkan banyak kantor yang mewajibkan setiap pegawainya mengenakan batik setiap hari jum’at.
Kemudian, pernyataan yang jadi sering muncul karena itu adalah, ketika seorang menggenakan batik pada hari lainnya: ‘Lho kok pake’ batik? kan ini bukan hari jum’at?‘ Nah lho! Siapa yang bingung sekarang.
Presepsi orang Indonesia mengenakan batik adalah hanya karena kewajiban atau ikuta2an orang yang memang sudah ramai menggunakannya. Tidak banyak masyarakat Indonesia yang meneliti lebih jauh tentang batik2 tersebut. Tidak banyak orang2 yang mempelajari batik, cara membuatnya, apa-apa saja jenis2 batik itu, sejarah terbentuknya batik, dan hal-hal dasar yang membuat kita cinta terhadap warisan budaya Indonesia.
Tentu ini harus dikemas dengan tampilan yang menyenangkan. Karena bagi aku (yang notabene adalah orang eksak) mendengarkan cerita monoton yang panjang pasti akan sangat membosankan.
Menurut mbak okke ‘sepatu merah’, hal yang paling pas untuk menumbuhkan kecintaan terhadap batik itu adalah dengan memberikan pelajaran muatan mulok dibangku SD. Tapi menurut aku sih gak perlu juga dikhususkan seperti itu. Karena budaya Indonesia sangat luas. kalau kita terus2an fokus dengan baik, lalu apa kabar budaya kita yang lain?
Bagusnya sih kalau setiap hari jumat itu bukan batik. Tapi disesuaikan dengan daerahnya masing2. Seperti kalau di daerahku Kalimantan Barat ini, seragam hari jum’at yang pas itu corak ingsang. Begitukan lebih bermanfaat. lagian kenapa sih sesuatu yang didaerah pulu kecil padat penduduk itu yang selalu menjadi fokos perhatian pemerintah. Masih banyak kok budaya di luar pulau itu yang bisa kita gali dan diperdalam lagi. Begitu pula dengan kainnya.
Maka, marilah kita bersama-sama menjaga budaya kita masing2. Pertama-tama budaya asal daerah kita sendiri dulu lah, jangan yang laen 😀
nb: gambar diatas adalah batik khas kalimantan barat
Yup, batik memang baju kebangan nusantara.. jujur saja di kantor kami jangankan hari jumat tapi tiap hari harus menggunakan batik… hahahahaha
wah seru dong kalau tiap hari ngunain batik, 😀
Tapi kasian kain2 lainnya ya kalau cuma batik yang di tonjolkan,
lebih seru kan kalau senin batik, selasa ulos, rabu tenun ikat 🙂