Lebaran di Pontianak


Seperti apa lebaran di kampung halaman kalian?

Aku tidak tahu bagaimana suasana lebaran di kampung lainnya, karena toh aku memang tidak pernah berlebaran selain di kampung aku pontianak. Tapi kebanyakan yang aku dengar dari orang-orang adalah perayaan di kampung lain (terutama di daerah jawa) angat jauh berbeda dengan di Pontianak. Kebanyakan di sana takbiran, sholat Ied kemudian bersalam-salaman disepanjang jalan.

Ok, mari bandingkan dengan kampungku, Pontianak.

Belum lagi lebaran, di Pontianak telah mempersiapkannya dengan baik. Masuk ke malam ramadan 21 ada istilahnya ‘Keriang Bandung’ adalah tradisi masyarakat Pontianak menghidupkan api/lilin di depan rumah. Dulu tradisi ini menggunakan obor yang ditaruh di depan rumah. Kemudian digantikan dengan lampu yang di buat dari botol bekas kemudian diberi sumbu dan di masukkan minyak tanah. Masuk ke masa sekarang, orang-orang lebih memilih menggunakan lampu warna-warni yang digantung di langit-langit rumah.

Sepuluh hari telah berlalu, lampu-lampu disepanjang jalan dan rumah telah dihidupkan dan masyarakat Pontianakpun mulai menanti datangnya tradisi lainnya, yaitu tradisi ‘Meriam Karbit’. Biasanya ini dilakukan dari H-3 hingga H+3. Kegiatannya ya hanya membunyikan meriam yang berada di sepanjang tepian sungai kapuas, terutama di daerah jembatan Kapuas 1.

Kalau pendatang mungkin akan terkejut dengan bunyi yang menggelegar hingga keseluruh penjuru kota Pontianak saking besarnya. Tapi bagi kami masyarakat Pontianak itu membuat semarak malam-malam lebaran. Bahkan setiap malam takbiran banyak dari masyarakat yang berkumpul di satu titik itu untuk melihat dan mendengar meriam dari jarak yang lebih dekat sambil menikmati pemandangan sungai kapuas dimalam hari.

http://motosuki.multiply.com

Dan apa yang daerah lain lakukan setelah sholat ied dan bertemu dengan keluarga? Lebaran selesai dan saatnya berliburan ke pantai atau ketempat rekreasi? Ya, mungkin itulah yang di lakukan. Beda dengan kami masyarakat Pontianak. Lebaran tidak selesai hanya bergitu saja.

Jauh-jauh hari setiap rumah telah menyiapkan kue-kue yang cukup banyak untuk dihidangakan di ruang tamu. Ini dilakukan untuk menyambut tamu-tamu yang datang berkunjung.

Masyarakat di sini memang terbiasa untuk saling mengunjungi rumah masing-masing untuk bersilahturakmi. Si A akan kerumah B dan si B akan membalasnya dengan berkunjung ke rumah A. Dan seterusnya untuk berkelompok-kelompok orang. Belum lagi yang janjian untuk berkumpul dan mengunjungi satu per satu dari rumah masing-masing. Sangat aneh untuk sebagian orang, tapi sangat menyenangkan.

Lagian, kapanlah lagi kita dapat berkunjung ke rumah masing-masing jika tidak pada hari lebaran? Maka, masyarakat di kota pontianak akan memanfaatkan waktu seperti ini untuk slaing bersilahturahmi.

Yang jelek dari tradisi ini adalah kegiatan masyarakat yang berbenah rumah, membeli perlengkapan furniture baru, mengecat rumah, membeli gorden, peralatan makan dan masih banyak lagi. Bagai saling bersaing demi gengsi.

Apapun itu, tradisi ini harus di lestarikan. Sebagai masyarakat yang lahir dan besar di Pontianak, akan sangat aneh bagi aku jika suatu saat nanti di pontianak saat lebaran hanya bersalaman di mesjid atau di depan rumah.

Selamat lebaran 🙂

Balas Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s