Indonesia – Malaysia


beritalangsung.com

Dari kemarin aku ingin menulis sesuatu tentang konflik Indonesia – Malaysia ini, tapi kok rasanya udah ketinggalan jaman untuk membahas ini ketika aku sekarang membuka teve dan baru mengetahui bahwa ternyata hari ini baru saja dilakukan perundingan antara pemerintah Malaysia dan Indonesia di Kinabalu.

Aku memang sangat jarang menonton teve. Ada beberapa alasan untuk itu, mungkin di postingan lain aku akan membahasnya. Sekarang fokus dulu dengan bahasan ini.

Indonesia-Malaysia memanas lagi. Ini setelah Malaysia menangkap polisi perbatasan kita, padahal kapal kita sama sekali tidak melewati batas teritorial Malaysia. Konflik mulai berlanjut ketika Malaysia meminta pertukaran (paling tidak itulah yang masyarakat dan aku ketahui dari media) untuk melepaskan petugas Indonesia itu. Sebuah pertukaran dengan nelayan Malaysia yang ditangkap oleh Indonesia karena menangkap ikan di wilayah Indonesia.

Kontan masyarakat Indonesia yang katanya berjiwa nasionalis itu marah. Kenapa bisa petugas kita harus ditukar dengan maling? Dan mulailah aksi brutal terhadap Malaysia di negara kita ini.

GANYANG MALAYSIA!!

Itulah kalimat yang sering aku dengar oleh para demonstran dan disiarkan oleh seluruh stasiun televisi nasional. Sebuah kalimat yang mulanya keluar dari mulut presiden Indonesia pertama, yaitu Ir. Soekarno saat terjadi konflik dengan Malaysia pada beberapa dekade lalu.

Mengganyang, atau melumatkan Malaysia tidak asing terdengar ditelinga kita. Tapi bolehlah aku bertaruh, kebanyakan mereka yang menyebutkan kata itu bahkan mungkin tidak tahu makna sebenarnya dari ganyang itu sendiri. Bahkan, jika ditelusuri di wikipedia, sangat sulit untuk menemukan arti ganyang. Ketika aku memasukkan keyword itu di Google, yang aku temui hanyalah beberapa artikel tentang Indonesia yang ingin mengganyang Malaysia atau mereka yang hanya sekedar membahasnya (seperti aku juga disini :D).

Aku pribadi, sangat tidak senang dengan masyarakat yang sok ingin berperang dengan Malaysia. Bahkan aku meragukan, mereka yang berteriak di depan teve itu mau ikut digaris depan saat benar-benar ada peperangan. Tindakan seperti membakar bendera suatu bangsa lain terlihat sangat kekanak-kanakan. Bahkan walaupun Malaysia pantas untuk mendapatkan itu semua.

Benci Malaysia. Begitulah banyak orang disekitarku berbicara. Mereka kebanyakan nonton berita sepertinya, menurutku. Coba tanya saja dengan mereka, kenapa membenci Malaysia. Kebanyakan mereka menjawab, karena Malaysia merebut Sipadan dan Ligitan. Karena Malaysia telah mengklaim batik, reog, lagu daerah dan masih banyak lagi. Karena Malaysia telah sering kali memindahkan patok batas di perbatasan Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Karena Kasus Ambalat dan wilayah Kepulauan Natuna. Dan semua itu ada diberita teve. Mereka tidak melihat sisi lain kenapa kita harus membenci Malaysia.

Tentu saja berita itu ada benarnya, dan jangan pungkiri juga ada juga salahnya. Contohnya, barusan saja di Metro TV, aku baru tahu ternyata Sipadan dan Ligitan itu tidak pernah diklaim milik Indonesia. Mungkin kasusnya Indonesia hanya ikut-ikutan bertaruh di Mahkamah Internasional. Siapa tahu Indonesia bisa menang. Soal klaim milik Indonesia seperti batik dll itu, jangan salahkan 100% Malaysia. Berkacalah kepada diri sendiri dulu. Jika Malaysia tidak mengklaim barang-barang itu, apakah Bangsa Indonesia yang besar ini pernah berfikir mau mendaftarkan barang tersebut ke PBB?

Kemudian masalah perbatasan dan patok batas negara. Aku sebagai warga Kalimantan Barat sangat paham benar kalau wilayah kami sangat bergantung dengan Malaysia. Aku yang berada di ibukota saja tidak asing untuk itu. Kami sering berkunjung untuk berlibur ke Kucing, Serawak Malaysia. Pelajar kami juga banyak yang kuliah di sana. Untuk berobat akan jauh lebih murah dan mudah untuk berobat di sana. Di Pontianak, tempat tinggalku, sangat banyak kantor-kantor tempat konsultasi dari rumah sakit Malaysia. Membuktikan, bahwa mereka sangat memperhatikan kebutuhan kami.

Itu di wilayah perkotaan. Perdesaan lebih parah lagi ketergantungannya. Akses ke ibukota propinsi yang sangat jauh dan mahal jadi alasan terkuat untuk masyarakat lebih memilih untuk menggantukan perekonomiannya di Malaysia. Wilayah seperti Sanggau, Sintang, Putusibau, Sambas dan sebagainya tidak pernah mendapat perhatian bahkan dari stasiun televisi nasional. Sudah berapa tahun Indonesia merdeka, tapi mereka tidak bisa mengakses teve tersebut untuk menonton. Mereka harus memasang Parabola digital. Sedangkan untuk mengakses teve Malaysia sangat gampang di sana.

Lalu, masih menyalahkan Malaysia kah kita?

Menurut pendapatku pribadi, peperangan dan pemutusan hubungan diplomatik tidak akan menyelesaikan masalah, malah justru akan merugikan bangsa kita sendiri. Apalagi bagi masyarakat perbatasan.

Solusi yang aku fikirkan malah lebih ke solusi fisik. Seperti, bangun wilayah perbatasan. Pusat perekonomian, pendidikan, dan kesehatan. Itulah yang kita perlukan sekarang ini. Jika kita bisa mengumpulkan koin prita, koin bilqis, solidaritas Aceh dan banyak lagi, kenapa kita tidak tergerak untuk menggalang solidaritas untuk membangun wilayah perbatasan? Apa karena mereka tidak sedang dalam kondisi bencana, atau tidak sedang dalam kondisi darurat?

Tapi apakah kondisi sekarang ini masih juga kita kategorikan dalam kondisi tidak daruat? Saat negara tetangga sedang sibuk untuk mengais dari tanah air kita. Merusak kedaulatan NKRI. Kalau dibiarkan terus menerus seperti ini, aku tidak heran jika disuruh memilih, masyarakat perbatasan itu lebih ingin menjadi warganegara Malaysia. Tentu dengan ketidaktahuannya tentang hukum Malaysia yang tidak sedemokrasi di Indonesia. Apalah mereka masyarakat awam yang hanya tahu apakah mereka diperhatikan atau tidak diperhatikan.

Balas Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s