
Kemaren aku baru saja menyelesaikan menonton drama korea yang entah sudah judul keberapa. Dan entah untuk keberapa kalinya mereka berhasil membuatku menangis segukan. Inilah sebabnya yang membuat aku terus mencari dan mencari lagi judul-judul baru drama-drama korea baru. Karena aku yakin, drama mereka pasti bagus dan yang paling penting untuk aku adalah sudah barang tentu drama ini akan habis hanya belasan episode, kalaupun panjang paling hanya sampai 30an episode.
Mari kita bandingan dengan sinetron Indonesia sekarang. Semua sinetron sekarang striping (bener gak neh tulisan). Aku gak ingat pasti kapan fenomenal sinetron kejar tayang dan menayangkan episodenya setiap hari ini. Yang aku ingat adalah sewaktu aku masih SD dulu sinetron itu hanya seminggu sekali. Jadi setiap hari kita akan mendapat tayangan baru. Hari senin nonton sinetron A, selasa sinetron B, Rabu sinetron C dan seterusnya. Bahkan sering juga Sabtu minggu sinetron libur dan isikan oleh tayangan kuis-kuis yang menyenangkan. Misalnya kuis kata berkait, piramida, who wants to be a milioner dan masih banyak lagi kuis yang ada.
Bukan hanya menayangkan setiap hari dan kejar tayang. Sinetron sekarang juga (istilahnya) tidak ada ujungnya. Kalau sudah punya ranting tinggi maka jangan harap para produser dan sutradara itu akan menghentikannya. Ada lagi istilah season di sini.
Merujuk ke drama korea, season sangat jarang ada. Kalaupun ada biasanya jarak antara season satu dengan lainnya lumayan lama. Bisa satu tahun bahkan lebih. Kalau Indonesia merujuk ke drama dari Amerika yang memang mempunyai season yang panjang dengan episode yang banyak mungkin saja. Aku memang tidak terlalu mengikuti drama Amerika. Sebut saja Friends yang digadang-gadang banyak penontonya. Bahkan filmnya saja aku tidak pernah menonton. Satu-satunya drama yang aku tonton habis satu season adalah Heroes. Tapi season kedua dan ketiganya tidak aku tonton.
Balik lagi ke sinteron Indonesia. Karena keadaan sinetron sekarang yang amat sangat buruk menurut aku jadilah aku sekarang kurang suka untuk menonton teve. Bahkan bukan hanya sinetron, ini juga merembet ke acara realiti show yang menurut aku banyak adegan dramanya. Tidak real sama sekali lagi. Jadi untuk apa mereka masih menyebutnya reality?
Mungkin, dari puluhan juta penduduk Indonesia menikmat teve aku hanya sebagian kecil masyarakat yang sudah sangat jenuh dengan tayangan yang mereka angkat (lagi-lagi). Belum lagi fenomena musik di Indonesia yang sekarang sedang ‘musim’ lagu melayu. Bahkan musik-musik pop di negara ini sudah mulai tersingkir sedikit demi sedikit.
Oh, mau jadi apa kedepannya entertaiment di negaraku ini. Jika beberapa tahun lalu malaysia merujuk ke Indonesia untuk segala hal termasuk dunia hiburannya. Aku tidak heran kalau beberapa tahun lagi masyarakat Indonesia mulai merujuk ke hiburan dari Malaysia. Fenomenanya sudah ada, yakni sinetron anak-anak Upin Ipin yang menurut aku sangat berkualitas dan mengajarkan anak-anak dengan sangat baik. Musik malaysia juga sudah mulai tertata dengan baik menurut teman-temanku yang kuliah di sana.
Jadi, mau menunggu kehancuran dunia hiburan Indonesiakah kita?