Ribetnya mau nikah aja!


Beberapa waktu belakangan ini aku mulai disibukkan dengan beberapa pernikahan, baik yang hanya menjadi tamu undangan maupun yang terjun langsung membantu menangani acara pernikahan tersebut.

Mungkin seumuran aku emang inilah saatnya untuk tahu dan mulai tahu tentang apa-apa saja yang dilakukan jika seseorang akan menikah. Dari sanalah aku mulai mencium keribetan yang ada dari acara yang katanya sakral ini.

Dimulai dengan yang namanya bertunangan. Ini sebenarnya gak dilakukanpun gak masalah, tapi aku merasa aneh dengan orang-orang yang melakukan hal ini, emang apa pentingnya seh memberitakan kepada seluruh manusia bahwa cowok/cewek ini sudah resmi jadi milik aku? Toh ini gak resmi-resmi benar karena belum menikah! Bukan hal yang aneh jika banyak tunangan yang berakhir dengan kata putus.

Tunangan sendiri bukanlah sesuatu yang gampang untuk dilakukan, malah terkesan ribet dan MAHAL! yak mahal tentu menjadi garis besar dalam hal ini untuk aku pribadi. Gimana gak mahal kalau pas tunangan perlu bawa seserahan seperti pakaian, sepatu, tas, peralatan make up serta cicin emas tanda peresmian tunangan tersebut. Mahal kan? 🙄

Setelah tunangan ada lagi yang namanya lamaran. Ini juga ribet karena menentukan tanggal saja (yang pastinya udah diomongin dulu dibelakang) perlu mengundang seabrek-abrek rekan-rekan yang rasanya gak perlu lah untuk tahu. Toh nanti dikasih undangan juga pas resepsi.

Lalu menikah itu sendiri.

Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang mempunyai budaya kuat ke akar-akarnya mungkin tidak bisa kita jauhi yang namanya acara nikah dan resepsi pernikahan. Tapi bukan itu yang akan aku bahas disini, namun lebih jauh kedalam dan kedalam lagi (caelah, kayak acara hipnotis aje 😆 ), yaitu soal hantaran.

Yak, lagi-lagi soal hantaran.

Dalam agamaku, jika kita menikah syarat barang yang harus dibawa itu cuma satu hal: mahar. Biasanya mahar berupa benda-benda istimewa semisal uang, perlengkapan sholat, kitab suci atau emas.

Namun tradisi didaerahku meminta jauh lebih daripada itu. Persiapan hantaran luar biasa ribet. Sudah menjadi hal yang lumrah bahwa sebelum menikah pasangan harus membeli tempat tidur lengkap dengan meja rias dan lemari pakaiannya.

Ini sangat menggelitik pemikiran aku, memangnya pengantin baru gak boleh pakai tempat tidur dan peralatannya yang udah ada, toh gak mungkin juga mereka masing-masing (calon suami/istri) itu tidak mempunyai tempat tidur yang lama (jadi kemaren-kemaren waktu lajang tidur dimana aje lo?).

Saat aku bertanya kepada orang-orang yang dituakan tentang ‘tradisi’ ini dan apakah suatu kewajiban buat membeli itu semua, jawabannya malah sesuatu yang aku benci: “Yah, dari dulu emang sudah begitu, masak kamu mau lain sendiri dek!”

Ok, sekarang di dalam otakku tengah merencanakan pesta pernikahan masa depanku, di mana isinya yang tidak ada kata ribet dan tidak ada kata mahal. Semuanya sesuai apa adanya yang diperlukan. Hey! ini udah abad 21 masih harus mengikuti tradisi yang entah dari mana datangnya hanya atas nama: SEMUA ORANG JUGA BEGITU ❓

Balas Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s