Kenapa Gak Umroh Irni?


Beberapa saudara yang lebih tua atau gak temen kantor yang tua juga, sering menanyakan hal sepele kepada aku ketika aku bercerita akan berangkat liburan ke luar negeri, “Kenapa gak Umroh dulu Irni?”

Sebenarnya, untuk aku masalah ibadah adalah masalah pribadi. Seperti menanyakan kapan menikah padahal sudah lama pacaran. Atau kenapa si A gak ibadah padahal dia sudah tua. Kalau kamu bukan orang yang dekat (kalau cuma sepupuan yang ngobrol juga jarang banget gitu) atau sekedar temen kantor yang cuma sebatas say hai aja kalau ketemu, pertanyaan itu sebenarnya membuat mengerutkan dahi dan kalau aku mendapatkan pertanyaan seperti itu sering jawab dalam hati “emang lu siapa gue nanya-nanya seperti itu?” Bahkan aku lebih berfikiran positif kalau yang nanya adalah temen dari sosmed yang kenalnya cuma dari layar daripada temen dunia nyata yang kedekatannya nanggung loh 😛

Maka, daripada aku menjawab pertanyaan mereka, lebih baik aku tulis aja alasan kenapa aku lebih memilih liburan dulu daripada umroh. Nulis di sini pada dasarnya untuk aku pribadi yah. Toh yang sering nanyain hal seperti ini gak bakalan pernah baca blog aku juga, hihihi.

Btw, aku barusan pulang liburan dari Aussie loh 😛

Alasannya kenapa aku sampai sekarang lebih memilih jalan ke luar negeri daripada Umroh adalah ya emang belum pengen aja! Hahahaha *dipentung*

Sebenarnya, kalau ada yang meratiin gaya liburan aku selama ini pasti tahu banget semenjak aku menikah, kemanapun aku pergi, bahkan untuk urusan kantor sekalipun, aku selalu membawa anak. Si K udah berumur 4 tahun sekarang btw, dan selama umur itu satu malampun aku belum pernah membiarkannya tidur bukan bersama mamanya. Kalau dia ketiduran duluan pas aku belum pulang seh ada ya beberapa kali, tapi tetep semalamannya bakalan tidur sama aku. Aku gak menganggap ini satu kesulitan seh, tapi malah aku bangga anak aku belum pernah tidur sama orang lain. Tentu ini gak bakalan aku biarin sampai dia gede seh. Paling gak maksimal umur 7 tahun dia harus sudah benar-benar lepas tidur di kamar sendiri. Tapi karena gak pernah lepas dari si K, aku rada merasa aneh dan bersalah kalau aku harus pergi (Umroh misalnya) tidak sama si K.

Lah bawa aja kalau gitu Niee?

Iya emang bisa aja seh aku bawa si K untuk Umroh bareng. Tapi bagi aku nilai untuk pergi umroh itu masih sangat gede. Sangat gede untuk ukuran si K yang belum mengerti apa-apa tentang ibadah itu. Kalau ditanya niatan pasti ada kok untuk pergi umroh. Tapi pergi umrohnya barengan sama si K, dan barengan ini saat si K udah tahu dan ngerti banget apa itu ibadah umroh. Sekalian memberikan dia pelajaran dan pengetahuan yang pada akhirnya setelah dia pulang dari umroh akan ada penambahan nilai ibadah dari dalam dirinya sendiri. Dan itu paling gak saat dia minimal berumur 7 atau 8 tahun. Kalau misalnya si K punya adek, dan aku pengennya pasti perginya barengan berempat, jadi minimal aku mau bawa adeknya berumur segitu juga, sekitaran kelas 2 SD deh. Jadi bakalan masih lama banget untuk aku bakalan pergi umroh. Dan penjelasan ini gak bakalan aku ceritain panjang lebar ke orang-orang yang bertanya kepada aku seperti di atas 😛

Dan satu hal juga yang aku fikirkan adalah bahwa umroh itu ibadah Sunnah, baik dikerjakan akan tetapi akan lebih baik kalau lebih mendahulukan ibadah yang wajib. Maka, akupun sangat berniat melaksanakan ibadah yang wajib dulu, Haji.

Sudah lebih dari tiga tahun aku kepengen banget untuk daftar haji. Ini dikarenakan lamanya masa tunggu ibadah haji yang dari tahun ke tahun semakin hari semakin lama saja. Tiga tahun yang lalu jika kita mendaftar haji di Pontianak maka kita akan mendapatkan kesempatan berangkat 10 tahun kemudian. Kalau hari ini kalian mendaftar haji di Pontianak maka akan mendapatkan kesempatan berangkat 18 tahun kemudian! Nyesel juga seh kenapa tiga tahun yang lalu niatnya gak diseriusin aja >.<

Aku sendiri baru nguatin niat untuk bisa daftar haji tahun lalu. Sebenarnya maju mundur juga karena si abang suami bilangnya nanti-nanti aja daftarnya. Tapi aku kekeuh buat daftar secepatnya. Alasannya adalah karena aku gak mau pergi haji pada saat udah tua renta dan udah gak ada tenaga lagi buat melaksanakan ibadahnya. Maka dari itu akupun memulainya dengan membuka tabungan haji di BPD Kalbar Syariah.

Hampir satu setengah tahun aku menabung yang akhirnya uangnya cukup juga untuk mendaftarkan haji untuk kami berdua, aku dan si abang suami. Waktu untuk memproses pendaftaranpun udah aku tetapkan saat pulang dari liburan di Aussie karena aku dan abang masih punya jatah cuti satu minggu yang bisa kami manfaatkan untuk urusan ini.

Hari selasa kemaren, tepat sehari setelah aku pulang ke Pontianak, kamipun menuju ke Bank Kalbar untuk memproses pendaftaran haji. Tapi pas sampe di sana ternyata gak bisa kakak! Ternyata Bank Kalbar itu cuma menjalankan MoU dengan bank lainnya untuk pemrosesan pendaftaran haji. Dan tahun ini MoU bank ini dengan bank lainnya itu habis dan gak tahu bakalan kapan bisa diperpanjangnya. Jadilah kami harus mencari bank lain yang bisa mendaftarkan haji secarang langsung >.<

Ada 31 bank sebenarnya sebagai bank penerima setoran haji, dan kemaren aku memilih Bank Muamalat. Alasannya seh sepele, karena banknya sepi 😛

Cara untuk mendaftar haji sebenarnya gampang kok, aku sendiri cuma perlu waktu 2 hari untuk menyelesaikan semua prosesnya sampai mendapatkan nomor porsi haji.

1. Menyiapkan Persyaratan Pendaftaran Haji

Aku tulis disini ya persyaratan resmi untuk mendaftarkan haji oleh Kementerian Agama:

  1. Foto closeup ukuran 4×6 = 10 lembar dan 3×4 = 15 lembar (5 lembar untuk validasi bank). Foto ini ada syarat khususnya seperti muka tampak 80%, backgroundnya berwarna putih, dll. Kalau aku sendiri di Pontianak berfoto di tempat yang direkomendasikan sama Banknya yaitu di Studio Foto Anen di daerah Terminal Kampung Bali, Pontianak. Pas dateng bilang aja buat foto untuk daftar haji, photografernya udah ngerti dan bahkan dia yang mengarahkan kerudung aku harus seperti apa (soalnya aku lagi pake model yang melilit-lilit gitu 😛 )
  2. Buka tabungan haji di Bank Syariah langsung dengan nomor validasinya
  3. Melampirkan lembar validasi dari Bank (1 lembar), fotocopy KTP (3 lembar), Kartu Keluarga (1 lembar), Fotocopy Akta Kelahiran (1 lembar), Fotocopy Buku Nikah (1 lembar), Fotocopy Ijazah Terakhir (1 lembar).
  4. Mengetahui Golongan Darah
  5. Fotocopy Passport (jika ada). Aku sendiri gak melampirkan ini seh.

2. Membuat Tabungan Haji

Kalau kalian mau baru menabung, aku saranin buatlah tabungan haji di Bank yang terdaftar untuk bisa langsung pemrosesan porsi haji. Jangan kayak aku yang buat tabungan gak lihat lihat dulu, jadinya rugi satu hari untuk membuat tabungan yang baru, dan tabungan lama juga jadi mubazir.

Aku sendiri kemaren membuat tabungan haji baru di Bank Muamalat. Syarat pembuatan tabungan haji ini hampir sama dengan pembukaan tabungan biasa, cuma isi formulir dan menabung dengan nominal minimal. Kemarena aku nabungnya cuma 50k seh udah bisa dapet tabungan hajinya. Karena aku emang tujuannya buat mendaftar, bukan cuma menabung lagi, jadi pas aku buka tabungan juga mengisi formulir untuk validasi setoran awal BPIH dan menandatangani persetujuan pengelolaan dana haji kita oleh bank dan kementerian agama.

3. Membayar Setoran Awal Haji

Setelah tabungannya jadi aku langsung ke Bank Kalbar Syariah untuk kliring uangnya ke rekening tabungan haji aku di Bank Muamalat. Setoran awal haji untuk tahun 2018 ini adalah sebesar 25 juta rupiah. Untuk Bank Muamalat sendiri gak perlu tambahan uang lainnya sama sekali, jadi pas kliring aku ya transfernya bulet aja gitu 25 juta gak lebih sama sekali dan itu udah bisa langsung diproses.

Enaknya Bank Muamalat ini, pas tabungan kita udah diangka 25 juta dan sudah bisa melakukan pendaftaran, maka kita akan mendapatkan notifikasi lewat SMS dan Email untuk melakukan validasi ke Bank. Besok paginya aku juga langsung ditelphone sama CS yang melayani aku pas pembukaan tabungannya menanyakan apakah bisa Bank melakukan validasi sekarang untuk pendaftaran hajinya. Jadi bener-bener gerak cepat yang membuat kita sebagai kostumer tinggal menyiapkan syarat-syaratnya dan pas ke Bank tinggal tanda tangan doang.

Pada saat aku datang ke Bank tinggal tunggu validasinya jadi saja. Setelah validasinya jadi, kita kaish foto yang udah disiapkan, tanda tangan berkas validasinya, selesai. Kita akan dikasih 2 lembar berkas validasi di mana satu berkas untuk calom jemaah haji dan satunya untuk dibawa ke Kementerian Agama Kabupaten/Kota masing-masing.

4. Mendaftar Nomor Porsi ke Kementerian Agama

Setelah dapat nomor validasi dari bank, seluruh berkas persyaratan yang sudah aku siapkan langsung aku bawa ke Kementerian Agama di Pontianak untuk mendapatkan nomor porsi. Kebetulan kemaren pas aku di Kantor Kementerian gak ada antrian pendaftaran sama sekali, jadi bisa langsung masuk, pemeriksaan berkas, entry data pada aplikasi pendaftaran haji, foto, entry sidik jadi dan setelah semuanya selesai, kitapun sudah bisa langsung mendapatkan nomor porsi untuk keberangkatan haji.

Pas aku tanya kemaren sama petugasnya, untuk nomor porsi aku sendiri baru akan mendapatkan jatah untuk pergi haji adalah 18 tahun kemudian, lama banget yak >.< Mudah-mudahan aja masih ada kesehatan dan umur yang panjang untuk bisa sempat melaksanakan haji.

Hasil entry yang sudah jadi akan diprint dan ditandatangani oleh kita sebagai calon jemaah dan petugas dari Kementerian Agamanya. Setelahnya kita akan dikasih 2 rangkap Surat Pendaftaran Pergi Haji (SPPH), satu untuk disimpan oleh Calon Jamaah, satu lagi untuk kita kembalikan ke Bank.

***

Selesai deh, mudah bangetkan yak buat daftar haji itu. Dan rasanya uang muka pendafatarannya juga gak terlalu mahal loh. Masih mahalan juga biaya umrohkan yak. Jadi sekarang si Irni balik nanya, kapan neh daftar porsi haji? :mrgreen:

10 Comments

  1. kadang orang komen hanya untuk basa basi mbak, biar kesannya akrab, tp kita-nya kadang malah risih yaa.. klo pertanyaannya kesannya ngatur padahal hubungan kita dengan lawan bicara ga dkt2 amat hehe.. semoga dipermudah ber-hajinya ya mbak.. jadi kepikiran jg pengen nabung di Bank Muamalat u berhaji 🙂

  2. Setuju masalah ibadah itu urusan pribadi. Tapi disini banyak yang nggak sadar batas wilayah pribadi. Biasanya mereka pergaulannya kurang luas. Semoga dimudahkan ya mba…

Balas Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s