Ngomongin presiden?
Ok-ok, sebelumnya aku menidentifikasi dulu. Aku ini bukan fans Pak Presiden kita yang sekarang. Bukan juga pendukung saingannya dulu dipemilu. Bukan juga hatersnya yang setiap buka FB selalu aja ngeshared keburukan Pak Presiden (beserta dengan para menteri-menterinya). Bukan – bukan sama sekali. Aku membaca semua bacaan yang aku anggap ok. Baik itu prestasi sang Presiden maupun kebijakannya yang kadang aku merasa aneh.
Pertama, biarkanlah aku jujur dulu dengan pendapatku dikala belum mengenal sang Presiden.
Karena aku ini hidup di Kalimantan Barat dan berbatasan langsung dengan Malaysia, aku dan banyak orang di sini sering sekali membanding-bandingkan apa yang baik dari Serawak-Malaysia dan apa yang kurang dari Pontianak ini. Di Serawak-Malaysia yang aku tahu adalah (dulu) harga BBMnya lebih mahal daripada di Indonesia. Hal ini sering dimanfaatin oleh penduduk lokal yang tempat tinggalnya dekat dengan perbatasan untuk menjual Bensin kita kesana. Setiap 3 hari dalam seminggu mereka menjual bensin ke Serawak sebesar 300 Liter dengan keuntungan seribu rupiah tiap liternya. Bayangkan berapa keuntungan mereka dari berjualan bensin tersebut setiap bulannya (yak, bagi yang males ngitung, penghasilan mereka adalah sebesar 3,6 juta setiap bulannya dengan kerja “hanya” tiga hari seminggu dan itu tahun 2000an awal loh. gede!). Dan bayangkan juga berapa ketugian negara untuk mensubsidi BBM yang ujung-ujungnya beribu-ribu liternya pada akhirnya sampai ke negeri tetangga.
Karena hal inilah, pada saat SBY menaikkan harga BBM menjadi 6000 perliter yang akhirnya selisih antara harga di Malaysia dan Indonesia tidak terlalu kentara yang menyebabkan para “mafia” BBM bersubsidi itu tidak untung lagi untuk berjualan di Malaysia aku merasa senang. Kemudian akupun berfikiri, subsidi BBM ini memang harus dihentikan!
Belajar dari Malaysia lagi. Bahwa walaupun BBM mereka sangatlah mahal pada jaman itu, tapi harga pangan di sana sangatlah murah (lagi-lagi jika dibandingkan dengan Pontianak). Setelah aku mencari tahu kenapa harga pangan di sana sangat murah? Ternyata penyebabnya adalah Malaysia melakukan subsidi bukan pada BBM mereka, namun pada pangan mereka. Akhirnya harga beras, gula dan sembako di sana jauh lebih murah dari pada di Pontianak yang menyebabkan banyak orang di sini yang akhirnya berdagang (secara ilegal) beras, gula dan kebutuhan pokok lainnya untuk dijual lagi di Pontianak. Pada akhirnya, karena murah orang beramai-ramai membeli beras dan gula Malaysia sehingga beras dan gula lokal tidak laku yang malah makin menambah tingginya harga beras dan gula lokal. Ini lagi-lagi membuat aku berfikir, bahwa BBM boleh mahal (mengikuti harga minyak mentah dunia kalau bisa) TAPI Pemerintah harus bisa mensubsidi pangan! jadikan Malaysia sebagai contoh di mana harga beras perkilo di sana bisa tetap sama dari tahun ketahun hingga sekarang.
Ketiga soal listrik. Pernah suatu ketika aku membaca tulisan Dahlan Iskan ketika dia menjabat sebagai Dirut Utama PLN tentang listrik di China. Secara garis besar dia menjelaskan bahwa listrik tidak bisa terus menerus disubsidi pemerintah jika mau seluruh negeri ini dialiri oleh Listrik. AKu juga setujuh.
Nah, masalahnya adalah ketika Presiden sekarang menaikkan BBM (sesai dengan harga minyak mentah dunia) dan (sekarang) menaikkan tarif dasar listrik secara gak sadar aku juga meributkan itu loh (untungnya gak di media sosial 😛 ). Lah bukannya lo juga yang dulu mendukung itu Niee? Apa yang salah? Apa karena ini kebijakan presiden sekarang yang gak terlalu lo suka? Jadi ikutan gak mendukung programnya? Hadeh! Malu-maluin ih! *tutupmuka*
Jadi balik lagi sekarang kepada para hatters Mr. President. Apakah kebijakan pak Jokowi ini yang adalah presiden kita bersama sekarang, yang jika dia dihujat oleh negara tetangga harus kita bela (bukannya malah menghujat dari dalam diri sendiri seperti sekarang) semuanya salah? Semuanya jelek? Apakah dulu gak pernah terbersit di dalam fikiran kita bahwa itu adalah benar?
Ya walaupun tentu sebagai kaum-bukan-fans-fanatik-mr-president aku masih saja mengkritik hal yang gak enak yang aku rasakan. Seperti kenaikan harga beras saat ini yang melonjak tajam (Lah aku mendukung pengurangan subsidi BBM kan biar harga pangan turun, bukannya naek! – Tapi kata seorang Lovernya mr. Presiden itu karena ulah mafia import yang sedang ketar ketir Indonesia mau swasembada Pangan seh. Ini videonya –Â PANEN RAYA PONOROGO … NO IMPOR BERAS 2015! https://www.youtube.com/watch?v=MKK43j4jlYY&feature=youtu.be – ) Para menteri nyentrik yang gak enak denger omongannya. Dan masih banyak lagi, TAPI aku mulai ingin berfikir jernih. Membuka hati, otak dan fikiran dengan baik seperti ketika para presiden sebelumnya. Bahwa aku seharusnya mengkritik dengan bijak dan memuji dengan baik.
Jangan sampai aku jadi hater yang benci segitu banget atau lover yang suka sampe memuja banget.
.
.
.
note buat diri sendiri. Sekalian nambah-namhani artikel di kategori Celoteh yang udah lama gak diupdate 😛
Niee.., oke banget lho.., bisa mulai analisa ..,
jarak dekat dengan negara tetangga bikin orang bosa bikin perbandingan ya
Skrg yg terasa, klo bbm naik harga pangan pun naik.. makanya banyak yg protes klo bbm naik.. sebetulnya protesnya bukan cabut subsidinya, tapi protes krn dampak kenaikan bbm pada bahan pangan..
Harus begitu memang ya Niee, kritis. Gak fanatik kalau suka apa-apa dibela kalau nggak suka apa-apa dihujat, hehe 🙂 .
sebuah keputusan memang tidak bisa menyenangkan semua orang… tapi sebaiknya seh membahagiakan sebagian besarnya 😀
aku juga bukan fans fanatik bukan juga hater fanatik, tapi kalau bisa….rakyat senang Alhamdulilah.
Dengan menemukan bukti-bukti sendiri akan membuka pikiran lebih jelas. Bahwa ternyata keputusan-keputusan yang diambil itu mungkin ada hal-hal yang kita tidak tahu proses pengambilan keputusannya. Makanya responnya tidak asal njeplak, dipikir dulu dan dicari asal muasalnya.
nice post, Niee…
apa kabar..? hehehe…
aku jg orang yg objektif aja menilai keadaan…
walau dulu bukan pendukung presiden yg skrg, tp kalau sudah takdir pasti yg terbaik
dan menaikkan bbm itu insya Allah sudah kebijakan yg tepat, aamiin